Totalitas Seorang Dokter

0 comments
Tidak ada pasien yang pernah dilayani dr Maria Yosephina Melinda Gampar yang bisa melupakan keramahannya saat memberikan pelayanan kesehatan. Ternyata, obat bukan segala-galanya yang bisa menyembuhkan pasien. Meski jenis obat yang diberikan merupakan obat umum yang biasa dikonsumsi pasien, jika obat itu diberikan dengan penuh pelayanan, yakni dengan senyum, keramahan, keyakinan, dan ketulusan hati, pasien yang bersangkutan punya keyakinan untuk cepat sembuh.

Hubungan emosional antara dokter dan pasien dipahami benar oleh dr Melinda dalam tugas pelayanan setiap hari. Pasien yang datang ke puskesmas memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap sang dokter atau paramedis. Tidak mengherankan jika setiap petunjuk, nasihat, resep obat, dan pola hidup sehat yang disampaikan sang dokter ditaati oleh pasien sesuai kemampuan mereka.
Dr Melinda memilih waktu petang. Ia tidak ingin waktu untuk melayani pasien yang sedang rawat jalan jadi berkurang. ”Saya dipanggil menjadi dokter hanya karena ada orang sakit atau pasien. Tanpa mereka, tugas dan fungsi saya tidak bermakna sama sekali. Karena itu, pasien selalu saya prioritaskan dalam tugas dan pelayanan,” kata dr Melinda.

Kepedulian terhadap pasien itu pulalah yang membuat tim seleksi dokter teladan tingkat Provinsi NTT menetapkan dr Melinda sebagai dokter teladan tingkat provinsi tahun 2012. Namun, menurut dr Melinda, apa yang dilakukan masih jauh dari kemampuan yang harus diberikan kepada pasien. Lagi pula, pengabdian dan pelayanan yang dijalankan bukan untuk mendapatkan penghargaan atau predikat apa pun, melainkan semata-mata melayani pasien.
  
Maria Yosephina Melinda Gampar
♦ Lahir: Kupang, 7 Agustus 1980
♦ Pendidikan terakhir: Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya, Jakarta, 2006
♦ Penghargaan: Dokter teladan tingkat provinsi 2012
♦ Pekerjaan: Dokter pada Puskesmas Labuan Bajo


Sumber: Kompas, Selasa, 25 November 2014

Penulis Artikel : Kornelis Kewa Ama

A Casual Singer, Demarco

0 comments
Mac Demarco datang ke Jakarta untuk menggelar konser yang digarap Prasvana dan Studiorama, Kamis (22/1). Konsernya diadakan di Level II, klub musik di kawasan pusat bisnis SCBD seharga Rp 395.000 per orang. Sekitar 750 muda-mudi menyaksikan dia dan bernyanyi bersama.

Di panggung, Mac tampil memakai kaos oblong hijau tua yang nyaris belel. Kaos itu sama dengan yang ia pakai saat ditemui di ruang karaoke siang harinya. Dari banyak foto konsernya, Mac sepertinya tidak punya kostum khusus manggung. Apa yang dipakai hari itu, itulah yang bakal terlihat di pentas. Ia seperti remaja kebanyakan yang mungkin sering kita jumpai di pengkolan gang atau di halte bus. Sama sekali tidak terlihat bahwa ia adalah bintang baru di kancah musik pop internasional. Gaya pakaian penontonnya meniru gaya slebornya, kaus belel, sepatu kets, lengkap dengan topi bisbol. Sebagian lagi rapi dan wangi. Tidak bisa disangkal bahwa ia sudah mengecap popularitas sehingga banyak orang meniru gaya berpakaiannya. Mac mewakili gaya kaum muda seusianya.

Di panggung. Ia begitu santai merombak lagu ”Du Hast” milik band metal Rammstein atau ”Enter Sandman” dari Metallica yang diganti menjadi ”Enter Sandmac”. Ia juga terlihat agak kikuk saat menerima saweran berupa korek api, topi, dan kaus yang dilempar penonton ke panggung. Musikalitasnya berkembang dari nomor rock klasik, seperti milik Steely Dan, Neil Young, Elton John, The Kinks, dan The Beatles. Di panggung ia sempat menirukan cengkok Elton John di lagu ”Candle in the Wind” dan membuat penonton terbahak-bahak.

Album Salad Days yang di-release pada tanggal 1 April 2014 itu diganjar sebagai salah satu album terbaik sepanjang tahun oleh majalah Spin dan Rolling Stone. Album itu ia buat untuk mengusir kejenuhannya dari tur panjang mengenalkan dua album sebelumnya Rock and Roll Night Club (2012), dan 2 (2012).

Mac kini tinggal di kota metropolitan Brooklyn, New York. Ia juga tidak menyangka bisa berada di Indonesia, lalu melanjutkan tur ke Australia dan Selandia Baru, kawasan yang berlawanan kutub dari negara asalnya. Dia juga menjadi bintang tamu di Laneway Festival di Singapura.

Lewat kiprahnya, pemuda ini seolah berpesan bahwa tak apa menjadi norak dan nyeleneh selama bisa menghasilkan karya secara mandiri. ”Enggak apa-apa dikatain kendur juga…,” celetuknya.

Biografi
Nama Lahir: Vernor Winfield Macbriare Smith IV
Lahir: Duncan, British Columbia, Kanada, 30 April 1990
Diskografi
- Rock and Roll Club (2012)
- 2 (2012)
- Live and Acoustic Volume 1 (2013)
- Live at Russian Recording (2013)
- Salad Days (2014)
- Sutradara video klip ”Chamber of Reflection” (2014)


Sumber : Harian Kompas

Penulis Artikel : Herlambang Jaluardi