![]() |
Picture 1. Collective Behavior |
1.2. Emergent norm perspective: selama kelangsungan perilaku kolektif, definisi perilaku yang cocok tidak muncul dalam kerumunan. Mencerminkan kepercayaan atau keyakinan bersama yang dipegang oleh anggota kelompok.
1.3. Value-added model menjelaskan bagaimana kondisi sosial yang luas yang berubah dalam suatu pola tertentu ke dalam beberapa bentuk perilaku kolektif.
1.4. Assembling Perspective meneliti bagaimana dan mengapa orang bergerak dari titik yang berbeda dalam ruang untuk lokasi umum.
1.5. Crowds
![]() |
Picture 2. Crowds |
1.6. Disaster Behavior: acara mendadak yang mengganggu dan melemahkan sumber daya masyarakat yang membutuhkan bantuan dari luar. Contohnya World Trade Center dan Hurricane Katrina.
1.7. Fads: pola perilaku orang-orang dalam jumlah besar yang bersifat sementara.
Fashions: keterlibatan massa yang menyenangkan dan menampilkan penerimaan oleh masyarakat dan berhubungan dengan sejarah.
Fads dan fashion mengizinkan orang untuk mengidentifikasikan dengan sesuatu yang berbeda dari lembaga-lembaga dan simbol budaya yang dominan.
1.8. Craze: keterlibatan massa yang menarik dan bergairah yang berlangsung dalam periode waktu yang cukup lama. Merupakan pergerakan menuju suatu hal.
Panic: gairah takut yang didasarkan pada keyakinan umum yang mungkin akurat. Merupakan pelarian dari suatu hal.
1.9. Rumors: sekumpulan informasi yang dikumpulkan untuk menginterpretasikan situasi yang ambigu. Rumor yang berhasil membutuhkan sekelompok orang yang mempunyai keyakinan yang sama, beradaptasi terhadap perubahan dan memperkuat ideologi masyarakat serta kecurigaan media massa.
1.10. Public: kelompok orang yang tersebar, belum tentu saling berhubungan/berinteraksi satu dengan yang lain tetapi berbagi minat dalam masalah.
2. Social Movements
![]() |
Picture 3. Social Movement |
Fungsionalists: berkontribusi pada pembentukan opini/pendapat publik. Meningkatkan pengambilan dimensi international.
1.1. Relative Deprivation Approach: perasaan sadar yang negatif karena ada perbedaan antara harapan yang sah dan aktualisasi. Orang akan merasakan ketidakpuasan dalam gerakan sosial apabila hak untuk tujuan mereka tidak terpenuhi dan merasa bahwa mereka tidak bisa mencapai tujuan melalui cara yang konvensional.
1.2. Resource Mobilization: gerakan sosial yang memanfaatkan sumber-sumber seperti uang, pengaruh politik, akses ke media dan pekerja. Menurut Oberschall, untuk mempertahankan sebuah gerakan sosial, harus ada organisasi dasar dan kontinuitas kepemimpinan. Sedangkan menurut Marx, pemimpin perlu membantu para pekerja mengatasi kesadaran palsu, yaitu sikap yang tidak mencerminkan posisi obyektif pekerja.
1.3. Gender and Social Movements
Perempuan lebih sulit untuk mencapai posisi sebagai pemimpin dalam organisasi pergerakan sosial. Gender bisa mempengaruhi cara kita memandang upaya terorganisir untuk membawa atau menolak perubahan.
1.4. New Social Movements
Aktivitas kolektif yang terorganisir untuk mempromosikan autonomy, self-determination, dan kualitas hidup yang lebih baik. New social movements tidak melihat pemerintah sebagai sekutu mereka.
1.5. Communication and Globalization of Collective Behavior
Pengiriman pesan secara global dan penggunaan internet memungkinkan para aktivis sosial untuk mencapai orang-orang dengan mudah dan cepat. Internet listserves dan chatroom memungkinkan organisasi pergerakan sosial untuk meminta orang berpikir tanpa kontak secara langsung atau face to face. Televisi dan internet dapat menyampaikan rasa keintiman palsu yang diperkuat dengan kedekatan.
1.6. Disability Rights
![]() |
Picture 4. ADA.'s Quote |
References:
Disaring dari ppt Binusmaya pertemuan ke 13 (05/06/2015)
http://binusmaya.binus.ac.id/
Kottak, Conrad Philip. (2013). Cultural Anthropology: Appreciating Cultural Diversity. 15th Edition. New York: McGraw Hill.
0 comments:
Post a Comment