Critical
thinking atau dalam bahasa Indonesia berpikir kritis merupakan sebuah proses
yang harus disusun ke dalam sebuah narasi. Cara utama kami dalam berpikir
kritis adalah dengan mengaplikasikan 3 pendekatan (Wade &
Tavris) :
mendefinisikannya, mencontohkannya, dan memberi kesempatan bagi para pelajar
untuk memraktekkannya. Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam berpikir
kritis yaitu yang pertama adalah mendefinisikan apa yang dimaksud dengan berpikir
kritis dan apa yang bukan tergolong dalam berpikir kritis. Yang kedua adalah
menerapkan pedoman ini dalam evaluasi penelitian dan ide-ide popular.
Berikutnya, yang ketiga adalah memberikan kesempatan bagi para bpelajar untuk
memraktekkan apa yang telah diajarkan.
Berpikir
kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk membuat penilaian terhadap sejumlah
pertanyaan dan membuat keputusan objektif berdasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan yang sehat dan fakta-fakta yang mendukung, bukan
berdasarkan emosi. Para pemikir kritis mampu menolak pernyataan-pernyataan yang
tidak di dukung oleh fakta serta mencari kekurangan dari setiap argumen yang
diberikan. Meskipun demikian, berpikir kritis bukanlah sekedar berpikir
negative, namun para pemikir kritis mampu bersikap kreatif dan konstruktif –
mampu melontarkan berbagai penjelasan alternative terhadap suatu kejadian yang
ada, memikirkan dampak yang akan diperoleh, dan mengaplikasikan pengetahuan
baru ke berbagai masalah social maupun pribadi.
Mempunyai
pemikiran yang kritis tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu ada
tuntutan usaha dan latihan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
berpikir kritis, yaitu:
- Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk jawaban dari pertanyaan tersebut
- Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa
- Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas
- Criteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan
- Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan
- Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang diinginkan
- Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Beberapa criteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir
kritis ini adalah kejelasan, tingkat akurasi, tingkat kepresisian, relevansi,
logika berpikir yang digunakan, keluasan sudut pandang, kedalaman berpikir, kejujuran,
kelengkapan informasi, dan bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan.
Setelah memahami
apa itu berpikir kritis, yang akan dibahas selanjutnya adalah bagaimana cara
agar bisa berpikir kritis. Ada beberapa keterampilan yang perlu diperhatikan. Caranya
sederhana. Tetapkan sebuah objek, peristiwa, pernyataan, atau apapun yang
dijadikan untuk melatih diri.
- kita harus memiliki criteria. Dimana dalam sebuah penilaian terhadap sesuatu tentu ada criteria yang dijadikan patokan dalam menentukan benar atau salahnya.
- Cobalah untuk meninjau berbagai aspek terkait
- Amati setiap bagian, bandingkan dengan criteria.
- Ambil kesimpulan
Dalam melakukan
sesuatu pasti terdapat hambatan yang mengganggu keobjektifan dalam berpikir
kritis, seperti emosi dan wawasan yang kurang memadai. Saat emosi sedang
menguasai kita, misalkan kebencian atau kecintaan, bisa melumpuhkan logika. Cara
mengatasinya adalah dengan menambah wawasan terus menerus. Karena semakin
banyak informasi yang dimiliki, maka logika kita akan semakin tajam dan kita
akan berpikir lebih kritis.
Sumber:
Wade Carole,
Travis Carol. PSIKOLOGI edisi ke Sembilan.
0 comments:
Post a Comment